Minggu, 23 Agustus 2015

#ourLove Murni Fiksi

0 komentar
Boleh kah aku menggenggam tanganmu? Boleh kah jemariku melengkapi sela-sela jemarimu? Sekuat hati aku berusaha untuk tidak mengatakannya. Sebab bagiku kamu layak aku hormati. Aku melihat hijab syar'imu itu sebagai pelindungmu dari hal-hal semacam itu. Aku tahu, kamu membutuhkan genggaman tangan yang lembut untuk menyemangatimu. Terkadang juga aku berpikir kamu membutuhkan pelukan untuk menghapus luka. Apa daya aku bukanlah suamimu? Aku hanya bisa mengirikmkanmu do'a. Semoga Allah melindungimu sehingga engkau kuat menghadapi segala coba dalam hijrahmu. Aku tahu, jalan hijrahmu penuh pengorbanan. mendapat hinaan, sendirian, memilih jalan yang sepi menghindar dari ramainya hati. Kamu saja bisa melalui semua itu dengan tetap setia menggengam erat kalimat Allah dalam hatimu. Aku pun yakin pasti bisa sepertimu Zahra. Malu lah aku sama kamu yang notabene sebagai seorang wanita sedang aku laki-laki.

Namun apa jadinya bila tiba-tiba aku melihat gambar itu. Itu tanganmu dengan orang lain? Sengaja kamu kirimkan untukku? Mana Zahraku? Hanya sebuah imajinasi kah? Aku tidak percaya.. Sampai saat ini aku tidak pernah percaya. Tapi itulah datanya. Itu informasi yang Allah beri kepdaku melalui dirimu. Harapanku runtuh, bangunan megahku hancur luluh lantak.

Tapi aku percaya Zahra masih ada. Sebab aku mencintaimu berdasarkan analisaku terhadapmu lalu aku wujudkan Zahra dalam #ourLove . Ternyata jalanku masih jauh, Orang yang aku temukan yang aku kira sudah tepat denganku ternyata hanya bayangan. Aku akan terus mencarimu, Zahra. Temuilah aku di satu titik temu, dan menikah lah denganku. Apapun syaratnya, apapun permintaan maharnya akan aku usahakan untukmu. Aku titipkan harapan ku dalam kisah fiksi ini kepada Allah, agar kelak menjadi nyata. Aku tidak akan pernah mampu menemukanmu lagi Zahra bila tanpa bantuan Tuhanku. See you Zahra.. .

Minggu, 02 Agustus 2015

Menunggu Sebuah Jawaban

0 komentar
Aku menunggu balasan hingga hampir basi. Pesan pagi tadi jam 8, sampai malam jam 12 aku masih menanti sebuah balasan. "Dek, nanti sore ke gramedia yuk.. mau nyari buku", aku sudah melupakan ajakan itu sekarang. Aku akan membiarkan dia memilih jalan hijrahnya, karena ajakan aku untuk menikah pun tidak membuka hatinya. Padahal buku yang akan aku cari itu adalah buku yang sangat terang untuk mengambil jalan menikah.

Aku juga bisa berhijrah. Aku sekarang benar-benar tahu diri. Aku tidak akan memperhatikannya lagi, aku tidak akan menunjukkan wujud cintaku padanya, biarlah! Sebab aku akan lebih bersedih bila kesungguhanku hanya dinilai modusan semata. Aku harus kembali untuk tidak menyentuh cinta yang memang seharusnya tidak aku sentuh kecuali untuk istriku. Meski dengan berlinang air mata, mulut menggigil, tangan gemetaran dalam mengetik. Aku ucapkan salam jauh sebagai ucapan perpisahan melalui angin.

tok! tok! tok! Assalamu'alaikum..
Aku mendengar suara salam dari sahabatku. Ternyata benar, dia baru saja pulang dari majelis ta'lim. Dia bercerita banyak ilmu baru kepadaku yang hari malam ini tidak bisa ikut. Dia juga bercerita di sana bertemu dengan seorang wanita. Kerudungnya panjang, sikapnya ramah, suaranya lembut. Aku sangat bahagia mendengar kabar itu. Itu berarti aku dan sahabatku telah menemukan target. Lalu kami berjanji akan burusaha mendapatkan wanita itu masing-masing.

Setiap hari dia bercerita tentang perkembangannya yang semakin hari semakin baik. Awalnya mereka bertemu dengan tidak sengaja di jalan menuju majelis, dan ternyata keduanya memiliki tujuan yang sama. Meski mereka berjalan masing-masing, akhirnya mereka bertemu di tempat yang sama, di tempat yang Allah sukai, tempat menuntut ilmu. Aku suka senyum sendiri mendengarkan sahabatku bercerita. Hampir mirip novel, hampir mirip dengan pertemuanku dengan Zahra.

Bedanya Zahra dan aku bertemu di kampus, aku melihatnya sedang membaca buku, setelah aku tanya dia sedang membaca buku kumpulan dzikir di tengah jam kosong. Sama-sama bertemu di tempat yang baik dan kondisi yang baik. Namun akhir-akhir ini aku tidak lagi berkomunikasi dengan Zahra. Dia memutuskan untuk berhijrah dengan tidak menyentuh hal-hal yang haram, termasuk komunikasi yang berlebihan dengan lawan jenis.

Sedikitpun aku tidak menunjukkan kesedihanku kepada sahabatku yang sedang berbahagia. Dia berjanji minggu depan akan menunjukkan fotonya kepadaku. Aku dengan senang hati menagih ketika hari yang dijanjikan itu tiba. Ternyata dia benar-benar telah memperoleh foto wanita yang ditemukannya.

Aku tidak bisa berkata banyak ketika melihat foto wanita itu. Aku tersenyum sangat manis kepada sahabatku yang selalu menemani jalan hijrahku. Dia selalu mengingatkanku menuju jalan Allah, aku bahagia memiliki sahabat seperti dia, dan aku tidak akan meninggalkannya. "Gimana wind? Cantik kan?" tanyanya dengan bangga. Aku mengangguk, "Kamu sangat beruntung bro.. "

Bagaimana tidak? Dia Zahraku. Kamu pasti bahagia bersama wanita taat itu, sobat.. Karena kau adalah sahabtaku, Aku akan merelakan dia untukmu.. menikahlah dengannya, kamu lebih baik dari pada aku, dan kamu pantas mendampingi Zahra. Lagi pula Zahra tidak mencintaiku dari dulu..

"A-aku tidur dulu ya, bro.." pintaku dengan suara terpatah tak kuasa menahan tangis. Aku membalikkan badanku membelakangi sahabtaku. Aku memeluk erat guling kesayangnku. Aku biarkan air mata membasahi telingaku hingga ke bantal. Peluk aku ya Allah.. . Peluk aku ya Allah.. ternyata sakit sekali mengalami cinta bertepuk sebelah tangan ya Allah. Dan aku merasakan hanya cinta-Mu yang mampu menenangkanku.

Aaaa..
Rupanya aku hanya bermimpi, Aku mengecek pesanku di ponsel masih utuh belum ada jawaban. jam dua dini hari.
Terimakasih ya Allah..
Kau menyadarkanku melalui sebuah mimpi.. Bahwa dalam hal mencintai sesuatu tidak boleh melebihi cintaku pada-Mu..

Rabu, 08 Juli 2015

Dek Cinta sedang sakit

0 komentar
Kenapa aku hanya bisa berdo'a? Bukan kah seharusnya aku merawat dia, menjaga dia, menemani dia, menunggu dia baikan.. . Karena aku mencintainya.

Cinta ini datang lebih dini, sedang dayaku begitu terbatas, dibatasi oleh status hubungan dengannya. Aku bukan suaminya, aku juga bukan kekasihnya, bahkan aku hanya sebagai teman yang telah lama pergi dari kehidupannya.

Hatiku yang tidak pernah mau melupakannya, hatiku selalu berbisik lirih menyebut namanya. Logika ku terus mencoba untuk tahu diri, namun jadinya aku yang dilema. Aku sungguh mencintai dia, namun aku bukan siapa-siapanya dia.. .

Tuhan, berilah jalan kepadaku untuk bisa memilikinya suatu hari nanti. Agar aku bisa menjadi penjaganya, selalu menemaninya, merawatnya dan menjadi orang yang paling setia menunggu kesembuhannya.

Istirahatlah dek Cinta, lekas sembuh ya.. . Aku ingin melihat kamu sehat, tolong penuhi permintaanku yang ini dek.. .